Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi Menular Seksual (IMS) Di Wilayah Kerja Puskesmas Pangkalan Kerinci
DOI:
https://doi.org/10.70437/excellent.v2i1.28Keywords:
Status perkawinan, status ekonomi, berganti pasangan, Infeksi Menular SeksualAbstract
Infeksi menular seksual merupakan masalah kesehatan yang besar dan merupakan salah satu penyebab utama kesakitan, dan bahkan kematian di dunia. Faktor berhubungan dengan penyakit IMS antara lain status perkawinan, status ekonomi dan berganti pasangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahiui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian infeksi menular seksual (IMS) di wilayah kerja Puskesmas Pangkalan Kerinci. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan rancangan case control. Populasi dalam penelitian ini adalah wanita pekerja seksual yang berkunjung ke Puskesmas Pangkalan Kerinci sebanyak 143 orang. Sampel dalam penelitian ini menggunakan perbandingan 1:1, yaitu 62 dengan sampel kasus (wanita pekerja seks yang mengalami IMS) dan 62 dengan sampel kontrol (wanita pekerja seks yang tidak mengalami IMS). Alat pengumpulan data (instrument) yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner. Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa univariat dan bivariat. Hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan status perkawinan dengan kejadian IMS dengan p value 0,004 (p ≤ 0,05), ada hubungan status ekonomi dengan kejadian IMS dengan p value 0,001 (p ≤ 0,05), dan ada hubungan berganti pasangan dengan kejadian IMS dengan p value 0,004 (p ≤ 0,05). Diharapkna kepada petugas kesehatan untuk dapat meningkatkan penyuluhan pada responden mengenai penularan, pencegahan dan gejala mengenai Infeksi Menular Seksual
Downloads
References
Agung. (2016). Faktor yang berhubungan dengan IMS di Puskesmas II Denpasar Selatan. Jurnal. Diakses tanggal 11 September 2019
Andini. (2010). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit menular. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC hal. 177
Ahmad. (2012). Penyakit Menular Seksual. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Aprilianingrum (2016). Hubungan status pernikahan dengan kejadian IMS pada wanita pekerja seksual di Kabupaten Wonosobo. Skripsi. Di akses tanggal 08 September 2019
Ardila. (2012). Study Kasus Perilaku Wanita Perkerja Seksual Tidak langsung Dalam Pencegahan IMS, HIV dan AIDS di Pub dan Karouke, Café, dan Diskotik di Kota Semarang. (Thesis) Program Studi Magister Promosi Kesehatan. Di akses tanggal 08 September 2019
Arifin (2012). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 4. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
Chandra, B. (2017). Kontrol Penyakit Menular Pada Manusia. Jakarta: EGC.
Dinkes Prov. Riau (2017). Infeksi Menular Seksual dan Infeksi Saluran Reproduksi. www.pppl.depkes.go.id/_asset/_donwload/IMS_dan_ISR. diunduh 10 Agustus 2016.
Djuanda, A. (2015). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
Fatmah. (2014). Buku Ajar Patologi penyakit IMS. (7th ed., Vol. 2). Jakarta: EGC.
Fitri. (2015). Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular. Bandung: Alfabeta.
Hidayat. (2007). Metode penelitian kebidanan dan teknis analisis data. Jakarta : Salemba Medika.
Khairul. (2014). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi IMS pada Remaja di Jawa Tengah : Implikasinya terhadap Kebijakan dan Layanan Kesehatan Seksual dan Reproduksi. Semarang.
Kartika. (2018). Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Penggunaan Kondom Untuk Pencegahan PMS Pada WPS Di Lokalisasi Sukosari Bawen Kabupaten Semarang. Jurnal. Proceeding Konverensi Nasional II PPNI Jawa Tengah,
Kementrian Kesehatan RI. (2016). Situasi Epidemiologi penyakit IMS di Indonesia, http://www.bkkbn.go.id/materi/Documents/Materi%20Vicon/Kemenke s%20%5BCompatibility%20Mode%5D.pdf. Juli 2019
Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nurul. (2017). Hubungan Sstatus ekonomi dengan kejadian IMS di RS PKU Muhammadiyah Surakarta. Jurnal. Diakses tanggal 13 September 2019
Nurhuda (2018). FaktorFaktor yang Berhubungan dengan Kejadian Infeksi Menular Seksual (IMS) Pada Wanita Pekerja Seks(WPS) Usia 20-24 Tahun Di Resosialisasi Argorejo Semarang.Semarang : FKM UDINUS.
Utami. (2010). Faktor-faktor yang berhubungan dengan IMS. Jurnal Respirasi Indonesia. Vol. 33. No. 4. Diakses tanggal 30 Juli 2019
Rahmi. (2017). Faktor Resiko IMS pada Wanita Usia Subur Dipelayanan Klinik IMS Palembang Ilir (jurnal). Diakses tanggal 12 September 2019
Sarwono, S.W. (2013). Psikologi Remaja. Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers.
Sambudi. (2012) . Buku Ajar Infeksi Menular Seksual. Surabaya: Airlangga University Press.
Sugino. (2014). Mengungkap Tuntas 9 Jenis PMS. Yogyakarta : Nuha Medika
Setyawulan. (2009). Faktor Resiko IMS pada Wanita Usia Subur Dipelayanan Klinik IMS Palembang Ilir (jurnal). Diakses tanggal 12 September 2019
Utami. (2010). Faktor – faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi Gonorhoe pada Wanita Penjaja Seks Komersil di 16 Kabupaten/kota di Indonesia. Analisis Data Sekunder Survey Terpadu Biologi
Wahyudi. (2017). Hubungan berganti pasangan dengan kejadian IMS di RSUP Mangunkusumo. Jurnal.
Widari. (2016). Praktik Wanita Pekerja Seks (WPS) Dalam Pencegahan Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) Dan HIV&AIDS Di Lokalisasi Koplak, Kabupaten Grobogan. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia.
World Health Organization. (2016). Global Incidence and Prevalence of Seleted Curable Sexually Transmited Infections. apps.who.int/iris/bitstream/. diunduh 29 Juli 2019.
Wood.(2009). Syphilis. (B. A. Cunha, Editor) Retrieved july 29, 2019, from Medscape: http://emedicine.medscape.com/article/229461- overview
Zakaria. (2014). Prevalensi Infeksi Saluran Reproduksi Pada Wanita Penjaja Seks Di Jayapura. Jurnal. Diakses tanggal 19 September 2019
Downloads
Published
License

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.